Thursday, August 4, 2016

Alasan Foto Jaman Dahulu jarang terlihat Senyum

Sebuah foto adalah dokumen paling penting, dan tidak ada yang ingin menurunkan ke cucu tentang kekonyolan dan senyum bodoh yang tertangkap dan  selamanya. jadi hampir tidak ada orang yang tersenyum atau memonyongkan bibirnya waktu difoto. Kebanyakan mereka memasang wajah serius bahkan tanpa senyum. Semuanya tampak tegang, seolah berfoto adalah hal yang menakutkan.


Kenapa begitu, Simak alasanya berikut :

1. adat orang tempo dulu apalagi bangsawan itu jika tertawa/tersenyum terlihat giginya apalagi perempuan, dinilai tidak sopan 
khusus kaum bangsawan ente tahu sendiri kan image di lingkungan kerajaan atau bangsaawn itu sangat kental dan harus menjaga sopan santun perilaku, tindakan, dan lain sebagianya 

NB : Bukan berarti dalam keseharian tidak boleh senyum, akan tetapi senyum simpul yang menandakan bukan senyum berlebihan / sampai menapakkan gigi (Nyengir).  

2. Kamera jaman dulu nggak secanggih sekarang. 
Orang jaman dahulu harus duduk berpuluh2 menit untuk menghasilkan sebuah foto. 
Pasti capek karena lama menunggu dan senyum pun bisa hilang saat bunyi cekrek kamera terdengar dan blitz kamera zaman dulu juga belum secanggih sekarang. Bunyi cekreknya masih keras dan terkadang bikin kaget.

3. Pada sekitar tahun 1870-an, pengambilan foto hanya ada saat acara-acara istimewa saja dan mencakup banyak orang sekaligus. 
Prosesnya yang cukup ribet dan ‘serius’ ini menyebabkan orang yang difoto pun memasang wajah serius. Karena senyum bisa dianggap tidak beretika

4. Masa itu, pengalaman di foto merupakan pengalaman langka
dan orang menganggap nyawanya akan ‘tertahan’ dalam foto tersebut. Jadi, wajah pun nggak boleh tersenyum.

5. Pengaruh kondisi masyarakat 
pada masa itu (jaman penjajahan/masa perang) membuat mereka susah tersenyum. Bayangkan saja, sedang dijajah belanda, susah mungkin mereka senyum saat disuatu tempat sedang perang, kelaparan, atau dilanda wabah penyakit.

Selain itu juga
Foto adalah dokumen penting, dan akan sangat memalukan jika sampai anak, cucu dan keturunannya melihat mereka tersenyum/manampakkan gigi ketika difoto pada jaman itu foto menggambarkan moral seseorang, jadi kalo senyum / nampakkan gigi itu tandanya dia orang yg moralnya kurang.



dan Juga :
--Indeed, not only were smiles of the middling sort, they breached propriety. In 1703, one French writer lamented "people who raise their upper lip so high... that their teeth are almost entirely visible." Not only was this discourteous, he asked: Why do it at all? After all, "nature gave us lips to conceal them."--

--Memang, tidak hanya itu senyum yang agak lebar, melanggar kepatutan. Pada tahun 1703, salah satu penulis Prancis "orang-orang yang mengangkat bibir atas mereka begitu tinggi. bahwa gigi mereka hampir seluruhnya terlihat." Tidak hanya tidak sopan, ia bertanya: Mengapa melakukan semua itu? Setelah, "alam memberi kita bibir untuk menyembunyikan mereka."--

dan 1 lagi 
--By the 17th century in Europe,“a well-established fact that the only people who smiled broadly, in life and in art, were the poor, the lewd, the drunk, the innocent, and the entertainment.”--

--sekitar abad ke 17 di eropa ,"bahwa satu-satunya orang yang tersenyum lebar, dalam hidup dan seni adalah orang2 miskin, cabul, mabuk, yang lugu, dan pada pelaku hiburan"--

berbeda dengan gaya foto yang sering kita jumpai sekarang.




Silahkan ambil sisi positif dan terbaik buat anda. Semoga Bermanfaat, Terimakasih



source
kaskus.co.id

1 comment: